KAUM SANTRI DARI KAMPAR: “Sempena Peringatan Hari Santri Nasional tahun 2020” Dr. H. Johar Arifin, Lc., MA Santri Generasi 90an

oleh -1,559 views

Tersebutlah dari dulu orang Kampar banyak yang merantau menuntut Ilmu disamping merantau mengais rezki di negeri orang. Jiwa perantau ini disebabkan orang Kampar tinggal dialiran 2 sungai besar yaitu sungai Kampar dan sungai Subayang, di apit 2 bukit ada bukit barisan dan kawasan bukit hutan Rimbang Baling. Banyak orang Kampar sukses menjadi pedagang bahkan pengusaha, mulai di Saralangon Jambi, di Pesisir Riau, Kepulauan Riau, pulau Jawa hingga sukses di negeri jiran Malaysia. Begitu pula jiwa petualang menuntut ilmu (al-rihlah fi thalabil ilmi), orang Kampar dari dulu dikenal penuntut ilmu yang tangguh, pulang ke tanah kelahiran menjadi ulama dan membangun Kampung. Jika diurut dari era pra Kemerdekaan bahkan jauh sebelumnya Indonesia merdeka, orang Kampar sudah sampai di Mekkah, Lucknow India, Singapura dan Jiran Malaysia, sebut saja misalnya;

Syaikh Abdul Ghany Al-Khalidy (1811-1961), Ulama Tarekat dari Kampar ~  Pecinta Ilmu dan Hikmah

Syekh Abdul Gani Al-Khalidi (1831-1961), Ulama karismatik menekuni bidang tasawuf, belajar di Mekkah sejak umur 18 tahun. Cikal bakal pendiri Sekolah Tarbiyah Islamiyah (STI) Darussalah Batu Bersurat XIII Koto Kampar. Murid-murid Beliau datang dari seluruh pelosok Riau, Minangkabau, dan bahkan datang dari Aceh. Titah keulamaan beliau diwarisi oleh anaknya bernama Syekh Aidarus Gani (1926-1989) penerus Pondok STI Darussalam Batu Bersurat. Hingga saat ini kaderisasi ulama diteruskan oleh cucu Buya Alaiddin Atthohiry Aidarus Gani.

Dari STI Darussalam Batu Bersurat lahir alumi Buya Engku Mudo Haji Jamarin mendirikan Pondok Pesantren Syekh Burhanuddin Kuntu dan Buya Haji Busra mendirikan Pondokan Pesantren Al-Munawwarah Pekanbaru.

Buya Abdul Jalil Manaf Husaini (1913-1985) Ulama Kelahiran Air Tiris ini belajar di Pondok Pesantren di Batu Sangkar Sumbar, tahun 1933 melanjutkan studi ke Al-‘Atthas University Singapore, Menekuni Ilmu Falak di Kulliah Firdaus Negeri Johor Malaysia, hingga beliau menjadi ahli ilmu Falak, dimasa itu jadwal waktu sholat, imsakiyah Ramadhan di Singapura dan Malaysia diserahkan ke ulama Air Tiris ini. Dikenallah beliau sebagai ahli Falak di kawasan Dunia Melayu. Di Air Tiris terdapat lagi Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Tanjung Berulak di dirikan tahun 1926, di bawah pimpinan Buya Haji Abdul Manaf.

Ada lagi Ulama yang dijuliki pendakwah, pejuang dan politikus itulah Mahmud Marzuki (1915-1946). Mengeyam pendidikan di sekolah Tarbiyah Islamiyah pada tahun 1921-1934. Tahun 1935 melanjutkan ke Perguruan Islam Nazmia Arabic College Lucknow India, kembali berkhidmah di sekolah Tarbiyah kemudian pada akhirnya hijrah ke Muhammadiyah.Pada diri beliau berpadu tradisi ritualitas Tarbiyah dan gerakan Muhammadiyah.

Ada Ulama Kampar yang tidak mempan dengan tawaran politik empuk, kedudukan di pemerintahan bahkan beliau berkata lantang biarkan saya di Pondok ini mencetak “ULAMA YANG MERDEKA”. Itulah sosok Buya Haji Nur Mahyuddin (1913-1994) wafat di usia 81 tahun, pendiri Pondok Pesantren Darun Nahdhah Thawalib Bangkinang. Sekalipun ketika itu ditahun 1945 beliau menjadi pimpinan Masyumi wilayah Bangkinang, aktif di Muhammadiyah namun beliau mengajarkan amaliyah mazhab Syafi’i kepada para muridnya bahkan Beliau mengatakan pondok ini berdiri untuk semua golongan, tak pelak lagi, banyak pimpinan partai politik berkunjung, para Gubernur dan Bupati pun datang mengunjungi, begitu diungkap oleh UU Hamidy Budayawan Riauu pada tahun 1988. Cita-citanya terbukti, ribuan alumi lahir dan berkiprah di Muhammadiyah, Perti, NU dan ormas Islam lainnya, menjadi Ulama, Akademisi dan bahkan Akademisi yang Ulama semisal Prof. Amir Lutfi, Prof. Nazir Karim, Prof. Munzir Hitami, Prof. Ilyas Husti, Prof. Akbarizan, Buya Dr. Mawardi Muhammad Shaleh dan Buya Dr. Dasman Yahya keduanya sama-sama 15 tahun di Madinah, ahli di bidang fiqh ushul fiqh dan bidang Hadis.

Di Kenegerian Kampa terdapat Pondok Pesantren Islamic Center Al-Hidayah Kampar dipimpin oleh Buya Haji Bakhtiar Daud (1940-2008). Ulama Tarbiyah ini berguru ke murid Syekh Sulaiman Al-Rasuli (1871-1970) dikenal dengan Inyiak Canduang pendiri Persatuan Tarbiyah Islamiyah. Beliau dikenal ulama karismatik, 2 periode memimpin MUI Riau dan Imam Besar Masjid Agung Annur Provinsi Riau.

Kiprah kaum santri dari Kampar, telah banyak berkecimpung di bidang pendidikan, dakwah dan politik. Dedikasi dan kerja keras mereka telah melahirkan ratusan bahkan ribuan ulama yang berkiprah untuk kemajuan daerah dan Bangsa. Jika bicara agama, orang di Riau bertanya ke orang Kampar, dulu dan kini dan hendaknya dimasa datang. Kini lembaga Pondok Pesantren di Kampar diharap mampu meneruskan kaderisasi Ulama sebagai benteng ummat dan NKRI. Jika tidak, Kampar akan kehilangan julukan “Serambi Mekkahnya Riau”. Ini lah bukti bahwa Kaum Santri dari Kampar telah berjasa bagi Riau dan Indonesia. Santri Sehat Jiwa Raga … Indonesia Kuat Lahir Bathin. Semoga….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *